Di suatu pagi, disaat fajar menyongsong di ufuk timur, disaat orang-orang
mulai bangun dari tidurnya, dan orang-orang memulai aktifitasnya masing-masing,
terlihat seorang bapak loper koran yang sudah lanjut usia sedang menawarkan
korannya kepada pengguna jalan yang sedang berhenti di lampu merah di sebuah
perempatan jalan ibu kota. Bapak yang jalannya tertatih-tatih karena lumpuh
yang dideritanya sejak kecil itu merawat anak laki-lakinya yang masih berumur 5
tahun itu sendirian, hal ini karena istrinya sudah meninggal 3 tahun lalu
karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya semakin parah karena tidak pernah di
obati akibat keterbatasan biaya. Dia sekarang tidak punya tempat tinggal, dia
tidur di emperan toko di dekat perempatan tiap hari. Anaknya biasa bangun siang untuk membantu berjualan
koran juga. Meskipun hidup dengan keterbatasan, bapak itu tetap berjuang untuk
hidup dan mencari nafkah secara jujur dan halal tanpa meminta belas kasihan
orang lain demi kelangsungan hidup dan demi menafkahi anaknya. Sungguh seorang
bapak yang luar biasa.
Tak jauh dari tempat bapak itu menjajakan koran, terlihat ada sebuah
mobil mewah keluaran terbaru berhenti untuk menunggu lampu merah. Di dalam
mobil itu ada 3 orang cewek dan 2 orang cowok. Dua orang cewek dan satu orang
cowok sedang tidur dalam keadaan mabuk berat, sedangkan satu cowok yang menjadi
sopir setengah mabuk dan satu cewek sisanya masih sadar tapi dalam keadaan mengantuk berat.
Mereka baru pulang dari clubbing semalam
suntuk untuk merayakan ulang tahun salah satu dari mereka berlima. Mereka
merayakannya dengan mabuk-mabukan dan pesta narkoba. Sungguh menyedihkan para
remaja ini.
Tak lama kemudian bapak itu menghampiri mobil mewah tersebut untuk
menawarkan korannya. Salah seorang cewek yang masih sadar melihat bapak itu dan
mulai timbul rasa kasihan pada bapak itu, lalu dia berkata dalam hati, “Sungguh
kasihan bapak itu, sudah lanjut usia dan lumpuh tapi tetap menjadi loper koran,
meskipun jalannya tertatih-tatih seperti itu tapi dia tetap berusaha berjalan
sekuat tenaga dengan bantuan tongkatnya yang mulai rapuh, sungguh kasihan aku
pada bapak itu”. Lalu cewek itu memanggil bapak itu untuk membeli korannya
meskipun dia sebenarnya tidak butuh koran itu, dia hanya merasa kasihan pada
bapak itu.
Saat bapak itu mendekat ke mobil mewah itu, cewek itu membukakan kaca
mobilnya. Sang bapak pun terkejut melihat keadaan orang-orang di dalam mobil
itu. Bau alkohol dan parfum menyerbak dari dalamnya. Terlihat juga botol minuman
keras dan sobekan-sobekan alumunium foil berserakan. Bapak itu merasa sangat
kasihan pada remaja-remaja itu, dalam hati dia berkata, “Sungguh kasihan para
remaja ini, mempunyai harta yang banyak tapi di gunakan untuk kemaksiatan,
mempunyai wajah tampan dan cantik tapi di salah gunakan. Apakah orang tua
mereka tahu apa yang anak-anaknya perbuat? Kenapa tidak dilarang? Atau mungkin
orang tuanya tahu tapi di biarkan? Atau jangan-jangan orang tuanya juga
perbuatannya seperti itu? Ya Allah sadarkanlah mereka”. Setelah cewek itu
selesai membeli koran, mobil mewah itupun berangkat.
Kisah di atas hanyalah fiksi dan khayalan saya saja, tapi mungkin kisah
di atas pernah terjadi. Saya mengarang cerita tersebut berdasarkan pengalaman
saya yang terinspirasi oleh teman saya. Waktu itu saya sedang mengendarai
sepeda motor bersama teman saya. Ketika hampir sampai ke kontrakan, teman saya
melihat seorang bapak tua penjual nasi goreng. Dia berkata kepada saya, “Kasian
bapak itu sudah tua masih bekerja keras, malam-malam begini masih berkeliling
berjualan nasi goreng”. Lalu saya menanggapi perkataan teman saya itu, “Saya
merasa kasihan juga tapi mungkin bapak itu juga kasihan pada kita seandainya
bapak itu tahu kehidupan kita yang ga jelas ini, masih muda tapi ga mau bekerja
dan malah senang-senang terus”.
TAMAT