Menurut buku yang akan Saya baca,
kesembuhan seseorang juga sangat dipengaruhi oleh sugesti. Selain obat, terapi
dan saran dari nenek, sugesti dan keyakinan orang untuk sembuh juga sangat
berpengaruh terhadap proses kesembuhan. Gak tau berapa persen pastinya, yang
jelas ada pengaruhnya. Belum bisa di pastikan lewat penelitian, karena sugesti
itu hal ghaib jadi ga bisa diteliti. Mungkin karena WHO gak punya dukun untuk
menelitinya.
Kenapa sugesti berpengaruh terhadap
proses kesembuhan?
Menurut penelitian yang belum Saya
lakukan, sugesti untuk sembuh akan menimbulkan energi-energi positive dalam
pikiran yang akan melancarkan metabolisme dalam tubuh. Hal ini akan me-regenerasi
sel-sel yang rusak dan di ganti dengan sel-sel baru. Nah, hal-hal ini lah yang
akan membantu mempercepat proses kesembuhan. Begitu ilmiah dan sok tau. Intinya
sugesti dan keyakinan untuk sembuh itu penting. Udah percaya aja deh.
Namun sugesti juga harus di dasari
usaha yang benar dan logis. Misalnya orang sakit panas dan minum paracetamol.
Lalu yakin akan sembuh. Ini sugesti dengan cara yang benar dan masuk akal. Beda
dengan orang yang sakit batuk dan tenggorokannya gatal lalu orang ini makan
bedak gatal. Dengan logika bahwa bedak tadi akan menghilangkan jamur di tenggorokan.
Dengan sugesti yang kuat, orang ini yakin sembuh. Yakin aja abis ini bakal
masuk UGD.
Sugesti, cara dan logika ini harus
menjadi satu kesatuan. Tidak boleh terpecah belah. Harus berjalan seksama dan
mengamalkan sila ke-3 yaitu persatuan. Jika tidak maka akan terjadi kesalahan
bahkan bisa mencelakai pasien. Ini sudah menjadi sebuah peraturan yang harus di
patuhi.
Pada kenyataannya, ada orang-orang yang
melanggar aturan ini tapi tetap sehat. Mereka adalah orang awam atau orang
desa. Atau kita jadikan satu aja, karena orang desa biasanya awam. Ga semua sih
cuma sebagian besar aja. Karena sebagian kecilnya sudah merantau ke kota dan
jadi orang kota yang tidak lagi berpikiran awam. Jadi dapat di simpulkan orang
desa adalah orang awam soal kesehatan.
Tapi tidak disangka. Ke-awaman mereka
telah merusak system tatanan dunia kesehatan. Mereka seperti punya peraturan
sendiri. Seakan-akan mereka hidup di alam lain. Mereka punya kepercayaan
sendiri dalam hal kesehatan. Mereka membuat cara-cara tersendiri dalam hal-hal
medis. Mereka tidak percaya kepada ketua WHO, gak peduli menteri kesehatan.
Yang mereka percaya adalah nenek moyang. Ya mungkin nenek moyang nya dulu
adalah ketua WHO.
Sebagai contoh orang-orang yang punya
tatanan dunia kesehatan sendiri adalah orang Madura. Suku yang sulit di bedakan
antara teguh atau keras kepala. Saking teguhnya mangkanya jadi keras kepala,
atau saking keras kepala nya mangkanya jadi teguh. Keteguhan yang keras kepala.
Salah satu contoh sugesti yang
berlogika benar namun melanggar aturan adalah cara orang Madura dalam mengobati
luka. Jika ada anak kecil yang jatuh dan kaki nya luka, maka orang tuanya akan
mengoleskan minyak tanah ke bagian lukanya.
Awalnya Saya pikir luka nya di kasih
minyak tanah lalu dibakar. Dengan logika panasnya api akan menghilangkan rasa
sakit yang akan berpindah menjadi rasa panas lalu timbul rasa menyesal karena
malah timbul luka bakar. Ternyata tidak. Logika nya adalah minyak tanah tadi
adalah bahan kimia yang di anggap akan membunuh kuman. Karena kuman akan mati
terkena minyak tanah dan luka yang bersih dari kuman akan cepat sembuh. Itu
saja logikanya.
Tanpa peduli infeksi dan benar atau
tidak nya logika. Kenyataannya lukanya sembuh. Ternyata sugesti bukan cuma
kekuatan keyakinan, tapi sepertinya bisa menimbulkan keajaiban. Orang Madura
mematahkan ilmu pengetahuan. Menemukan sebuah penemuan baru. Penyembuhan luka
dengan minyak tanah. Harusnya ini dapat penghargaan Nobel. Kategori Pengobatan
Ekstrim.
Saya gak tau apa sebenarnya hubungan
antara kandungan minyak tanah dan kesembuhan luka. Saya juga gak tau gimana
asal-usulnya. Mungkin dulu ada orang Madura yang lagi memperbaiki kompor terus
ketumpahan minyak tanah di bagian yang terkena luka. Tapi karena terlalu teguh
dalam memperbaiki kompor sehingga lupa membersihkannya. Dan ternyata lukanya
malah sembuh.
Mungkin kalo Madura menjadi negara
penghasil minyak, minyak tanah akan di bagi-bagikan gratis untuk berobat. Pom
bensin akan berjualan minyak tanah sebagai ganti apotik. Akan ada minyak tanah
paten dan minyak tanah generik. Kalo ada orang kecelakaan gak dibawa ke UGD,
tapi ke pom bensin untuk mendapatkan pertolongan pertama dan terakhir.
Pada bulan juli tahun 2012, Saya
melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) selama 1 bulan di Madura. Di Fakultas
Kesehatan kampus Saya, ada 5 jurusan. S1 Keperawatan, S1 Psikologi, D3
Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Analis Kesehatan. Saat itu yang kebagian PKL
hanya 3 jurusan yaitu D3 Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Analis Kesehatan.
Dari 3 jurusan itu di gabung menjadi
satu dan di pecah jadi 12 kelompok. Masing-masing kelompok ada 14-15 orang
terdiri dari 4 D3 Keperawatan, 3 D3 Anaslis Kesehatan dan 7-8 D3 Kebidanan.
Saya kebagian PKL di Desa Bajeman,
Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan. Daerah yang penuh dengan orang awam.
Daerah ini juga kesulitan air. Beberapa rumah harus membeli dari PDAM. Ada juga
yang harus nimba ke sumur. Beruntung kami waktu itu tinggal di rumah kepala
desa. Fasilitas sudah cukup memenuhi. Air pake pompa air jadi ga usah nimba di
sumur.
Kelompok Saya terdiri dari anak-anak
manja yang menganggap hidup di desa seperti ini adalah kesempatan untuk belajar
mandiri. Mereka ga setuju tinggal di rumah kepala desa karena di anggap terlalu
enak. Mereka minta pindah kerumah kosong punya saudara pak kepala desa. Disitu
rumahnya lebih sempit dan air harus nimba di sumur. Anak laki-laki di kelompok
Saya cuma ada 4. Jadi tiap pagi 4 anak laki-laki ini harus romusa nimba air
untuk memenuhi kebutuhan masak, cuci dan mandi.
Ini PKL udah kayak latian berumah
tangga. Saya pun mengajukan keberatan. Dengan alasan sungkan sama kepala desa
kalo harus minjem rumah saudaranya. Walaupun sebenernya alasan utama Saya
adalah malas menimba air pagi-pagi. Akhirnya musyawarah di adakan. Saya sebagai
ketua harus berat sebelah pada saat itu. Hanya anak laki-laki aja yang ga
setuju pindah.
Setelah di polling akhirnya 11 suara
setuju pindah dan 4 suara setuju tetap. Dengan berat hati akhirnya keputusan di
ambil. Pindah. Terlihat mata para anak laki-laki berkaca-kaca membayangan di
pagi hari yang dingin harus menimba air untuk kebutuhan 11 istri simpanan.
Akhirnya di hari kami akan pindah. Ibu
dari Pak Kepala Desa mencegah kami untuk pindah karena kasian nanti kami
kesulitan air dan tidurnya sempit.
YEEESSSS!!!!!!
Teriak anak laki-laki (dalam hati).
Anak-anak perempuan pun terlihat kecewa karena kesempatan mereka untuk belajar
mandiri hilang. Sebagai ketua yang bijak dan malas nimba air, Saya langsung
mengumpulkan teman-teman dan memberi nasihat.
“Hai teman-teman. Belajar mandiri itu
gak cukup hanya sebulan hidup susah. Kalo kita pindah itu bukan belajar
mandiri, tapi menyusahkan diri. Belajar mandiri bukan seperti itu caranya.
Kalian harus merasakan kelaparan di kosan. Makan nasi lauk nya krupuk dan
kecap. Minum harus menadah air hujan buat dimasak. Itu baru belajar mandiri.
Bukan kita yang membuat situasinya, tapi situasi apapun yang terjadi harus bisa
kita lewati”
Tampak wajah para anggota kelompok
kembali bersemangat. Segera kami melanjutkan kegiatan dan menjalankan program
selama ada disana. Salah satu program kami selama berada disana adalah
mengadakan bakti sosial. Dimana kami akan mengadakan medical chek up,
konsultasi, posyandu dan pembagian obat gratis.
Kami yakin akan sangat mudah mengajak
orang-orang desa untuk di berikan pengetahuan dan pengobatan gratis karena
mereka senang dengan manfaat yang akan di dapatkan. Tapi ternyata ga semudah
itu. Mengajak orang desa untuk datang ke baksos sangat sulit. Sedikit lebih
sulit dari ngajak orang pindah agama.
Saat kami berkeliling kampung mendata
warga, kami memakai blazer almamater. Warga desa menatap kami dengan pandangan
aneh. Mereka ga tau kalo kami mahasiswa kesehatan yang sedang mendata warga.
Bahkan ada satu rumah yang kami mau data. Saat kami mengucapkan salam ada
seorang Ibu keluar memberikan uang. Mereka menganggap kami mau minta sumbangan.
Mungkin karena kami membawa map. Setelah kami jelaskan baru lah Ibu itu
mengerti.
Setelah 3 hari yang penuh dengan ujian
kesabaran dan proses negosiasi yang berat, akhirnya kami selesai mendata dan
mengajak warga untuk datang ke baksos. Kami antusias para warga akan datang.
Selain pengobatan dan cek kesehatan gratis, ada juga posyandu bagi ibu dan
anak. Dan untuk menarik minat warga kami membagikan susu dan biscuit bagi warga
yang hadir. Sebenarnya saya sempet kepikiran untuk nge-DM pin BBM kepada
ibu-ibu yang hadir sebagai souvenir jika mereka mau hadir. Tapi rasanya susu
dan biscuit sudah cukup menarik antusias warga.
H-1 acara baksos sempat ada gangguan. Di
malam hari ada orkes dangdut di desa kami. Yang hadir ratusan orang. Kami
khawatir warga akan lebih antusias nonton dangdut dan melupakan kalo besok
harus hadir ke baksos. Dan ternyata benar. Saat hari H baksos, warga yang hadir
tidak seramai yang di harapkan. Kalah sama jumlah penonton orkes dangdut tadi
malam.
Mungkin lain kali kami harus mengadakan
bakdut (bakti dangdut). Orkes dangdut berkolaborasi dengan bakti sosial
kesehatan. Jadi nanti biduan nya teriak.
“Woy penonton, mana suaranyaaa”
“Berapa tensinyaaaa”
“Ayo suntik dulu, buka baju nya, buka
dikit joss”
Meskipun warga yang hadir tidak
sebanyak perkiraan kami, namun kami tetap semangat. Kami juga sudah memprediksi
akan menghadapi warga-warga tatanan dunia baru yang sulit menerima ilmu
kesehatan yang benar. Banyak warga yang ga bisa bahasa Indonesia. Keadaan jadi
makin sulit karena mahasiswa di kelompok kami yang berasal dari Madura hanya 3.
Sisanya berasal dari jawa dan tidak bisa bahasa Madura. Jadi kami bertiga yang
menjadi penerjemah. Keselamatan warga kampung itu tergantung pada kami bertiga.
Karena jika salah terjemah bisa terjadi malpraktek nantinya.
Teman-teman yang bertugas di bagian
konsultasi adalah yang paling berat. Selain kesulitan bahasa, biasanya para
lansia sangat sulit di ajak konsultasi. Salah satu contohnya seorang Ibu-ibu
yang punya asam urat tinggi.
“Bu, ini asam urat sampeyan tinggi,
jangan banyak makan garam ya”
“Wah kalo ga makan garam bukan orang
Madura mas” sahut ibu itu tegas
“Emangnya apa aja Bu yang di kasih
garam?”
“Ya sayur, ya telur ya nasi juga di
kasih garam, Mas”
Pulau Madura memang disebut sebagai
pulau garam karena banyak daerah penghasil garam di Madura. Saya yakin ibu ini
memegang teguh prinsip untuk menjadi orang Madura sesuai sebutan nya. Jadi
apapun yang dimakan akan dikasih garam. Untung Madura tidak dikenal sebagai
daerah penghasil Nuklir. Bisa-bisa ibu ini bikin rawon kuah uranium.
Sebuah fakta yang mencengangkan juga
ditemukan di daerah itu. Ternyata anak-anak bayi berumur di bawah 6 bulan sudah
diberi makan pisang. Secara medis, anak seusia itu ususnya belum siap mencerna
makanan yang berserat dan sulit dicerna seperti pisang dan nasi. Jika hal ini
dilakukan maka bisa beresiko tinggi menyebabkan gangguan pencernaan, diabetes
dan alergi usus karena belum siap menerima makanan.
Tapi semua itu tidak berlaku bagi orang
Madura. Seorang Bapak bahkan menuturkan kalo anak-anak sudah berusia 6 bulan
sudah makan pisang lebih dari satu sisir. Dan ajaibnya nothing happen.
Anak-anak warga disitu sehat. Ajaib. Madura seperti tidak terikat peraturan
alam pada umumnya. Kekuatan sugesti sekali lagi membuktikan kalo yakin ga
terjadi apa-apa ya beneran ga terjadi apa-apa. Logika dan teori kesehatan
terpatahkan oleh keyakinan (keras kepala) orang Madura
Satu lagi bukti bahwa sugesti merupakan obat yang ampuh
adalah soal suntik. Orang awam beranggapan bahwa berobat adalah di suntik. Kalo
ga di suntik belom di obati. Kadang juga ada yang minta di suntik dua kali.
Faktanya, secara medis obat suntik hanya bekerja beberapa persen. Tapi secara
sugesti orang awam ngerasa di suntik merupakan obat terbaik. Setelah disuntik
rasa sakit dibagian yang disuntik justru merupakan pemicu rasa segar. Gak masuk
akal tapi mereka memang merasa lebih baik.
Percaya tidak percaya, sugesti memang terbukti membantu
proses penyembuhan. Pikiran positif akan mengaktifkan regenerasi sel yang rusak
di dalam tubuh. Yakin lah akan kesembuhan penyakit yang Anda alami. Yakin dan
percaya juga harus dibarengi dengan usaha yang benar dan sesuai logika. Jangan
contoh orang Madura. Saya yakin Tuhan Maha Tau. Tuhan mengerti kalo orang
Madura keras kepala mangkanya diberikan dispensasi.
Stay positive. Stay healthy.
Haha bermanfaat sekaligus menghibur mas ,. :D
BalasHapuskeren banget, ijin share bang,,
BalasHapusKerjakanlah Shalat tepat pada waktunya...
BalasHapusSuka sama gaya menulisnya asik dibaca nih...hahaha
BalasHapus